Selasa, 03 Mei 2011

"Orang Kaya di Negeri Miskin"



Judul : Orang Kaya di Negeri Miskin
Penulis : Eko Prasetyo
Ilustrator : Eko Nugroho
Penerbit : Resist book,
Tahun terbit : 2005
Tebal : 172 hal.
Yang terbetik setelah membaca buku ini adalah “aneh tapi nyata”. Aneh karena ternyata di negeri miskin sebagaimana tersebut dalam buku ini kehidupan hewan lebih dihargai daripada kehidupan manusia. Sebagai contoh burung yang memiliki kicau indah, bisa dihargai puluhan juta bahkan milliar (hal. 74). Kucing ataupun anjing santapan tiap harinya adalah susu dan daging, dan tentunya makanan untuk kucing ataupun anjing kesayangan berharga mahal. Sementara itu manusia miskin lebih banyak digusur, lebih banyak ditindas, tak diperhatikan dan tak berharga. Di negeri ini memang hidup kadang tak adil. Negeri ini telah larut dalam sistem ekonomi pasar yang mengedepankan kebijakan ekonomi neo liberal yang tidak hanya membuat layanan publik menjadi mahal dan privatisasi aset-aset negara, namun juga menghasilkan orang miskin. Sistem ini telah menebar jumlah orang miskin dan melambungkan sejumlah kecil orang untuk menjadi kaya dan hidup secara berlebihan.
Buku ini dilengkapi ilustrasi menarik, mengungkapkan keanehan-keanehan ini. Lihatlah sebagaimana diungkapkan buku ini selain investasi salah sasaran melalui perbankan di era orde baru, juga terjadi exploitasi sumberdaya alam di kawasan yang memiliki sumber daya kaya, namun terjadi pemasungan hak-hak ekonomi penduduk lokal dan terjadi perampasan semena-mena terhadap lingkungannya. Orang kaya di negeri ini memang selalu beruntung. Ia kuat karena dikokohkan oleh sistem ekonomi pasar dengan konsep ekonomi liberalnya menguasai aset pemerintah dan hajat hidup orang banyak untuk diperjualbelikan mengakkumulasi laba. Orang kaya juga tak terpengaruh dengan kebijakan kenaikan harga bahan-bahan pokok bahkan ia bisa mempengaruhi kebijakan serta memperoleh kekayaan dengan cukup mudah dan bergaya serba mewah.
Perbedaan kehidupan para kaya dengan para papa sangat kontras. Orang kaya di negeri ini bisa membeli produk keluaran terbaru yang dipamerkan di negeri ini, bisa membeli motor-motor besar, dengan cekatan akan berlomba untuk mendapatkan tiket paling depan pertunjukan mobil atau konser, dengan mudah bergonta ganti baju dengan desain yang modern, dengan nyaman bisa memakan makanan ataupun meminum minuman yang harganya satu bulan orang miskin ketika makan, dengan mudah bisa berpiknik atau berobat ke luar negeri, dengan senang bisa mengkoleksi hewan piaraan kesayangan, bunga indah, dan barang antik lainnya dengan harga puluhan juta bahkan ratusan jutaan.
Bisa sedot lemak, bisa pedicure-menicure, Bahkan orang yang disebut profesional baik penyanyi, pelawak, pembawa acara ataupun profesi lainnya karena efek pencitraan yang diciptakan media dengan mudah dalam satu kali acara dapat meraup uang jutaan sementara orang miskin di negeri ini sekeras apapun bekerja tetap tak dapat bermimpi sebagaimana orang kaya bahkan mimpinya selalu terganggu karena lapar, karena tergusur dari kebijakan tata kota yang tidak memihak orang miskin. Orang miskin selalu sengsara, selalu tertimpa tangga dari salahnya kebijakan pembuangan sampah, ia bisa tertimbun sampah. Dari korupsi para pejabat tinggi ia tak dapat membeli nasi. Ironisnya ia tak mengerti hanya mampu mengagumi. Dari salahnya kebijakan tata impor bahan pokok yang liberal produk yang ditanam di negeri sendiri tak laku mereka jual, hanya dihargai dengan harga rendah. Begitulah nasib orang miskin dan kaya di negeri ini, untuk semakin dapat mendalami kehidupan di negeri ini lebih baiknya anda membaca buku yang ditulis oleh Eko Prasetyo ini dan jika ingin lebih kaya pemahamannya tentang kemiskinan anda dapat membaca buku lainnya yang telah ia tulis tentang trilogi orang miskin. Selamat membaca dan menjadi kaya pemahamannya tentang orang miskin dan orang kaya. Untuk ketika kita kelak jadi kaya tidak melupakan orang miskin sebagai bagian dari hidup kita untuk kita berbagi.

Tidak akan tersucikan suatu umat selama si lemah tidak dapat menuntut dan memperoleh haknya dari si kuat tanpa rasa takut dan cemas (Nabi Muhammad Saw).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar