Jumat, 29 April 2011

"Kapitalisme di Ujung Tanduk"

Judul Buku: Kapitalisme di Ujung Tanduk | Penulis: Adnan Khan | Tebal: 133 hlm+vi | Tahun Terbit: Juli 2008 | Penerbit: Pustaka Thariqul Izzah

buku-kapitalisme
“Kapitalisme cenderung menaburkan bibit kehancuran dirinya sendiri,” tulis George Ritzer dan Douglas J. Goodman dalam buku mereka yang berjudul Modern Sociological Theory.
Pepatah lama pas juga untuk menggambarkan kondisi Kapitalisme saat ini, “siapa menabur angin, ia akan menuai badai”. Adnan Khan, penulis buku ini mengamati sekaligus mengkritisi dampak yang diakibatkan oleh Kapitalisme. Buku ini berisi tinjauan atas krisis global, krisis minyak, krisis pangan dan bagaimana sistem ekonomi Islam mengatasinya.
Biang kehancuran ekonomi global adalah Kapitalisme. Dalam hal ini yang patut dituduh adalah kebijakan liberalisasi ekonominya. Amerika dan negara-negara Barat berusaha sekuat kemampuan mereka untuk menjual Kapitalisme dengan segala penerapannya sebagai satu-satunya cara pengembangan Kapitalisme, sistem ini dikenal memiliki ciri dalam bentuk keguncangan dan kebangkrutan, resesi, bahkan juga kejatuhan ekonomi secara berkala. Pada tahun 1997, krisis finansial di Asia ditengarai sebagai akibat dari pasar dan spekulasi finansial gaya liberal. Satu dekade kemudian, beberapa negara macam Indonesia dan Thailand masih belum mampu untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi (hlm. 2-3).
Adnan Khan, penulis buku ini secara gamblang, jujur, blak-blakan menguliti semua faktor yang menyebabkan Kapitalisme saat ini berada di ujung tanduk. Kebijakan pasar bebas dan perdagangan bebas yang dimobilisasi secara global telah menjadi ‘kutukan’ tersendiri bagi Kapitalisme. Beberapa negara yang mencoba membuka diri terhadap globalisasi dalam liberalisasi ekonomi akhirnya menuai bencana krisis moneter berkepanjangan.
Buku ini layak menjadi pegangan bagi Anda yang ingin segera ikut membantu menggali lubang kubur yang sedang dikerjakan oleh Kapitalisme itu sendiri. Dilengkapi dengan solusi ideologis dari Islam, menjadikan buku ini bukan semata “sumpah-serapah” atas keterpurukan Kapitalisme, tapi juga solusi ideologis dan praktis yang ditawarkan Islam dengan sistem ekonominya untuk mengatasi resesi dunia akibat ketidak-becusan Kapitalisme

Kapitalisme, “The Satanic Ideology”

cover-buku-kapitalisme.jpgJudul Buku : Kapitalisme, “The Satanic Ideology”
Penulis : Umar Abdullah
Editor : Lathifah Musa
Penerbit : el-Moesa Press, 2007
Tebal : 79 halaman


Kapitalisme yang saat ini menjadi sistem kehidupan yang diterapkan di banyak negara di dunia ini, sejatinya memiliki sejarah panjang nan gelap. Sistem kehidupan yang berakidah sekularisme ini telah menorehkan catatan berdarah dalam upaya penerapannya di banyak negara. Seperti disampaikan penulisnya pada bagian buku ini dengan mengungkapkan proses berdirinya negara Amerika dan Perancis. Di kedua negara tersebut, terjadi revolusi berdarah untuk mewujudkan sekularisme-liberalisme yang merupakan akidah dari Kapitalisme.
Di Amerika pada tahun 1775 meletuslah Perang Revolusi. Perang Revolusi ini berawal dari pertempuran Lexington dan Concord. Dan setahun kemudian (1776) Amerika mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris. Slogan-slogan Hak -hak Asasi Manusia diangkat dalam Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika yang ditulis oleh Thomas Jefferson. Thomas Jefferson dianggap juru bicara kebebasan manusia. (hlm., 45)
Di Perancis, pada tahun 1789 pecah Revolusi Perancis yang mengusung jargon “Liberty, Egality, Fraternity”. Sistem Feodal dihapus dan diproklamasikan Hak-hak Asasi Manusia. Raja Louis XVI dan istrinya Marie Antoinette dieksekusi bersama ribuan penduduk Perancis lainnya. Sebuah revolusi ideologis yang sangat berdarah. (hlm., 46)
Berbeda dengan Islam, Revolusi Islam tanpa kekerasan dan darah. Rasulullah saw. ketika hendak menyampaikan Islam dan ingin menjadikan Islam sebagai ideologi negara, menjadikan jalan merangkul ahlul quwwah (pemilik kekuasaan) dari kabilah-kabilah dari Madinah yang melakukan haji ke Mekkah. Mereka diberikan pemahaman tentang ajaran Islam dengan cara yang sangat baik. Setelah Baiat Aqabah pertama (12 orang penduduk Madinah yang memeluk Islam berjanji dengan Muhammad saw. untuk tidak menyekutukan Allah Swt., tidak berzina, dan bentuk maksiat lainnya), Rasulullah saw. kemudian mengutus Mush’ab bin Umair untuk menyampaikan Islam ke penduduk Yastrib (Madinah).
Alhamdulillah, dakwah Mush’ab mendapat sambutan dari banyak penduduk Madinah (terutama kalangan tokohnya) hingga kemudian pada musim haji tahun berikutnya 75 rombongan dari Madinah (73 laki-laki dan 2 orang wanita), melakukan Baiat Aqabah II dengan Nabi Muhammad saw. Pada Baiat Aqabah kedua ini, Rasulullah saw. Bukan hanya membicarakan dakwah, tapi sekaligus menyusun strategi agar Islam bisa diterapkan sebagai pondasi sebuah negara. Atas pertolongan Allah, seluruh pemuka masyarakat dari Madinah ini menyetujui. Singkat kata, negara Islam berdiri di Madinah tak lama setelah Rasulullah saw. berhijrah ke sana. Subhanallah, inilah revolusi Islam yang tak perlu mengucurkan darah. Bahkan ketika futuh (penaklukan) Mekah pun, sama sekali tak ada darah yang menetes. Islam datang dengan damai. Jika pun terjadi pertempuran, itu lebih karena pihak musuh terlebih dahulu menantang Islam ketika Islam sudah menjadi dasar negara di Madinah. Tentu saja tantangan perang dari musuh-musuh Islam itu harus dilayani dengan mengangkat senjata pula sebagai pilihan logis supaya kedaulatan Islam tetap berdiri tegak.
Buku ini cukup bagus mengupas fakta dengan lengkap dan detil. Hanya saja, dari sisi bahasa, buku ini terasa “lurus” karena didominasi data-data yang sepertinya begitu saja dicantumkan tanpa dikemas ulang dengan gaya bahasa penulisnya. Sehingga membaca buku ini seperti sedang membaca kumpulan fakta yang disatukan dalam satu buku. Meski saling bertautan tapi rasa bahasanya kurang ‘hidup’. Namun demikian, hal ini tidak mengurangi bobot dari buku ini karena data yang dicantumkan sangat bagus dan diperlukan bagi para pejuang Islam yang berupaya menyerang Kapitalisme-Sekularisme ini. Bekal untuk dakwah dan mengemasnya kembali untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat secara umum.

Rabu, 27 April 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI


I.DEFINISI PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

II.PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KENAIKAN PRODUKTIVITAS

Sementara negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin kecil, penurunan produk rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah barang-barang kapital, kemajuan teknologi, serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang. Penyebab rendahnya pendapatan di negara-negara sedang berkembang adalah berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang akibat pertambahan penduduk sangat cepat, sementara tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan kuantitas dan kualitas sumber alam, kapital, dan kemajuan teknologi.


III.PERMINTAAN AGREGRATIF DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Pada gambar ini dianggap bahwa tingkat PNN kesempatan kerja penuh pada thaun 1998 A sebesar 26 trilyun rupiah dan skedul permintaan agregratifnya adalah C+I+C1 hingga tingkat PNN kesempatan kerja penuh dapat dicapai karena sama dengan tingkat pendapatan keseimbangannya.Misalkan terjadi pertumbuhan kapasitas produksi akibat adanya pertambahan sumber-sumber pertumbuhan ekonommi hingga tingkat PNN kesempatan kerja penuh pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1998 B menjadi 27 trilyun rupiah atau kenaikan sebesar kira-kira 4% dalam output riil.Agar potensi produksi total dapat direalisasikan maka permintaan agregratif harus naik dengan laju pertumbuhan yang cukup untuk memelihara tingkat kesempatan kerja penuh.Karenanya permintaan agregratif harus bergeser keatas menjadi C+I+C2. Bila tidak atau naik secara lebih kecil maka kenaikan kapasitas produksi tak dapat direalisasikan dan dimanfaatkan.Gambar ini menunjukkan aspek penciptaan pendapatan oleh komponen pengeluaran investasi neto.

IV.TEORI DAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI

 

Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomidan factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi .     

A.Teori Inovasi Schum Peter

Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.

B.Model Pertumbuhan Harrot-Domar

Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.

C.Model Input-Output Leontief.
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah .

D.Model Pertumbuhan Lewis

Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang banyak(padat)penduduknya.Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.

E.Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow

Model ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap pertumbuhan ekonomi serta ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, ahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsimsi tinggi.

V.NEGARA BERKEMBANG DAN FAKTOR PERTUMBUHANNYA


A.Ciri-ciri negara sedang berkembang


1.   Tingkat pendapatan rendah,sekitar US$300 perkapita per tahun.
2.   Jumlah penduduknya banyak dan padat perkilo meter perseginya.
3.   Tingkat pendidikan rakyatnya rendah dengan tingkat buta aksara tinggi.
4.   Sebagian rakyatnya bekerja disektor pertanian pangan secara tak               produktif,sementara hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja disektor industri.Produktifitas kerjanya rendah.
5.   Kuantitas sumber-sumber alamnya sedikit serta kualitasnya rendah.Kalau    mempunyai sumber-sumber alam yang memadai namun belum diolah atau belum dimanfaatkan.
6.   Mesin-mesin produksi serta barang-barang kapital yang dimiliki dan digunakan hanya kecil atau sedikit jumlahnya.
7.   Sebagian besar dari mereka merupakan negara-negara baru diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan kira-kira satu atau dua dekade.

B.Transisi kependudukan


Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:
Tahap 1:
Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;
Tahap 2:
Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah penduduk naik.
Tahap 3:
Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun;
Tahap 4:
Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat rendah atau bahkan mendekati nol.

C. Faktor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan

Dua hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang efisien.Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya.Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.
1.  Sumber-sumber Alam
Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-sumber alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan kapital dan sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.
2   .Sumber-sumber Tenaga Kerja
Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk, pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja sangat rendah.
3.  Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Negara-negara sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang memadai untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja.
4  .Akumulasi Kapital
Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang, tingkat pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini karena, pertama, hampir semua negara-negara berkembang mengalami kelangkaan barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.

D. Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi


1.  Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2.  Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
3.  Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
4.  Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
5.  Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
6.  Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.

E.Strategi pertumbuhan ekonomi        


1.Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.

2.Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.


3.Perlunya Disertivikasi
Usaha mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya.

VI. ASPEK HUBUNGAN EKONOMI INTERNASIONAL DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI

A.Perluasan Perdagangan

Negara-negara maju telah berkembang merupakan sumber atau pensupplai barang-barang kapital. Di samping itu mereka juga merupakan pasar yang luas dan cukup besar yang membeli ekspor hasil-hasil pertanian, pertambangan, bahan mentah, ataupun barang-barang manufaktur oleh negara-negara sedang berkembang. Penurunan harga di pasar dunia akan bahan-bahan mentah produk pertanian ataupun hasil pertambangan akan sama seperti halnya turunnya harga minyak bumi ataupun harga tembaga di pasaran internasional.

B.Aliran Penanaman Modal (Investasi) Asing

Aliran kapital atau investasi asing dari luar negeri baik oleh sector pemerintah maupun swasta asing dapat merupakan suplemen atau pelengkap bagi usaha pemecahan lingkaran setan kemiskinan. Penanaman modal asing banyak bergerak di sektor eksplorasi sumber alam berupa pertambangan, kehutanan, perikanan, dan juga di sektor manufacturing. Swasta asing yang melakukan investasi umumnya merupakan perusahaan besar multinasional.
C.Bantuan Luar Negeri Berupa Hadiah dan Pinjaman
Bantuan asing bisa diberikan secara langsung atau melalui lembaga keuangan internasional. Contoh bantuan langsung berupa hadiah atau pinjaman yang diberikan oleh US-AID (United State Agency for International Development), suatu lembaga bantuan luar negeri pemerintah Amerika Serikat, atau dari badan-badan luar negeri yang serupa dari negara-negara maju telah berkembang lainnya.

Selasa, 26 April 2011

"E-book gratis"

Jika anda tertarik untuk memiliki buku:
  1. "The Wealth of Nation" karangan Adam Smith, silahkan download disini http://www.mediafire.com/?l4z8f7yk4ccjo28
  2. "Tentang Kapital Marx" karangan Frederick Engels, silahkan download disini http://www.4shared.com/document/XIDtt1Fr/Engels_-_Tentang_Das_Kapital_M.html
  3. "Kerja Upahan dan Kapital (Terbitan 1847)" karangan Karl Marx, silahkan download disini http://www.4shared.com/document/pUOufdMS/Karl_Marx_-_Kerja_Upahan_dan_K.html

"Perubahan Paradigma Pembangunan: Widjojo Nitisastro"


Pada tanggal 14 Januari 2010 yang lalu telah diluncurkan buku Pengalaman Pembangunan Indonesia. Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisastro di Jakarta. Widjojo Nitisasarto adalah tokoh ekonomi yang menjadi arsitek perubahan paradigma sistem perekonomian Indonesia pada pertengahan 1960an. Menarik untuk sedikit menyimak apa yang terjadi pada saat itu.
Paradigma pembangunan selalu dan harus berubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan tuntutan jaman dan permasalahan. Terjadinya krisis yang besar sering dan memaksakan munculnya paradigma baru. Tanpa paradigma baru, krisis yang sama dan lebih besar akan terjadi lagi.
Demikian juga dalam pemikiran ekonomi. Di tahun 1930-an J. M. Keynes telah melakukan revolusi dalam paradigma pemikiran ekonomi. Revolusi pemikirannya, setelah dikuantifikasikan oleh Samuelson dan kawan kawan, kemudian menjadi terkenal dengan yang disebut Teori Ekonomi Makro, yang kini diajarkan di seluruh dunia.
Pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi yang amat besar, yang sering disebut dengan Great Depression. Negara kaya seperti Amerika Serikat dan Eropa terjerembab dalam kesulitan ekonomi yang besar. Saat itu paradigmanya adalah peran pemerintah yang sekecil kecilnya. Saat itu, para ekonom mempercayakan kegiatan ekonomi sepenuhnya pada kekuatan pasar. Ekonomi yang menurun, menurut paradigma saat itu, akan pulih dengan sendirinya. Ekonomi yang memanas akan dengan sendirinya kembali normal, asalkan pemerintah tidak ikut campur tangan. Namun, di tahun 1930-an itu, ekonomi yang terus menurun tidak kunjung baik, dan bahkan dari masa ke masa, keadaan ekonomi makin parah.
Di saat seperti itu lah muncul J. M Keynes, yang memperkenalkan paradigma baru, bahwa pemerintah harus turun tangan untuk mengatasi krisis saat itu. Pemerintah harus menciptakaan permintaan, harus mengeluarkan uang, agar ekonomi tumbuh lagi. Di jaman sekarang, pemikiran ini dikenal dengan istilah stimulus package.
Namun , usaha J. M Keynes ini tidak begitu saja diimplementasikan. Dukungan kuat dari tokoh politik sangat perlu untuk mengimplementasikan perubahan paradigma pemikiran. Baru dengan dukungan penuh dari Franklin D. Roosevelt, presiden Amerika Serikat waktu itu, pemikiran Keynes dijalankan. Dan sejak saat itu, ekonomi Amerika Serikat dan dunia, segera mengalami pemulihan. Ekonomi dunia kemudian mengikuti paradigma pasar dengan campur tangan pemerintah.
Namun, tidak semua negara mengikuti paradigma pasar dengan campur tangan pemerintah. Negara yang menganut sistem sosialis/ komunis cenderung tidak mempercayai penggunaan mekanisme pasar sama sekali. Mereka percaya bahwa semua kegiatan ekonomi diatur oleh pemerintah pusat. Contoh paling jelas adalah apa yang dilakukan oleh Uni Soviet (sebelum pecah menjadi banyak negara). Pusat lah yang menentukan semua kegiatan ekonomi sampai pada unit mikro yang terkencil. Harga tidak berperan dalam mengalokasi barang dan jasa.
Indonesia sebelum tahun 1966 juga cenderung menggunakan sistim perencanaan terpusat, yang mengabaikan mekanisme pasar. Ditambah dengan situasi ”perang” melawan Amerika Serikat, Inggris, dan negara tetangga (Malaysia dan Singapura), situasi ekonomi di awal 1960s sangat kacau. Telah terjadi hiper-inflasi, kenaikan harga yang amat cepat. Rata-rata harga di Desember 1965 tujuh kali lipat rata rata harga di Desember 1964. Bayangkan. Pada bulan Desember 1964, sejumlah uang dapat menghidupi suami istri dengan lima orang anak. Namun, dengan harga yang menjadi tujuh kali lipat, uang yang sama itu hanya dapat membiayai satu anggota keluarga.
Di saat itu lah muncul paradigma baru untuk perekonomian Indonesia. Pada tanggal 10 Agustus 1963, Prof. Dr. Widjojo Nitisastro dalam pengukuhannya sebagai guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyampaikan pidato yang berjudul ”Analisa Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan”. Kalau di saat ini mahasiswa ekonomi Fakultas Ekonomi UI membaca pidato ini, mungkin mereka akan merasa bahwa yang disampaikan oleh Widjojo Nitisasatro tidak hebat, biasa biasa saja. Mereka semua, para mahasiswa itu, tentu sudah amat faham dengan yang disampaikan dalam pidato itu.
Namun, kita perlu melihat situasi yang terjadi di awal tahun 1960-an. Widjojo Nitisastro dan kawan kawan di Fakultas Ekonomi UI menghadapi situasi yang jauh berbeda dengan saat ini. Kekuasaan politik saat itu sangat curiga pada Amerika Serikat, sementara Widjojo dan kawan kawan menyelesaikan studinya di Amerika Serikat. Lebih lanjut, Widjojo menyarankan perubahan paradigma. Di jaman itu politik adalah panglima. Sukarno, presiden Indonesia waktu itu, tidak menghargai analisis ekonomi. Dalam suasana seperti itulah, dalam pidatonya, Widjojo Nitisastro menyarankan pentingnya analisis ekonomi untuk Indonesia. Lebih lanjut, Widjojo Nitisastro memperkenalkan penggunaan mekanisme pasar dalam kebijakan pembangunan Indonesia. Ia tidak menyerahkan kepada pasar sepenuhnya, tetapi bagaimana mengkombinasikan perencanaan dari pemerintah pusat dan kekuatan pasar.
Pada saat sekarang ini, tentu saja, analisis ekonomi dan penggunaan pasar sudah menjadi barang tiap hari, dan bukan barang baru lagi untuk Indonesia. Namun, saat itu, memperkenalkan analisis ekonomi dan penggunaan pasar merupakan tabu politik.
Kalau Keynes memperkenalkan peran serta pemerintah kepada dunia yang percaya sepenuhnya ke pasar pada tahun 1930-an, Widjojo memperkenalkan sistem pasar pada perencanaan pembangunan. Keduanya melakukan kombinasi pasar dan campur tangan pemerintah. Widjojo Nitisastro boleh dikatakan sebagai seorang Keynesian, pengikut pemikiran Keynes.
Seperti halnya dengan J. M. Keynes, ide Widjojo Nitisastro juga sulit diterapkan karena pada saat itu tak ada dukungan dari elit politik. Bukan hanya tak ada dukungan, bahkan, saat itu, elit politik memusuhi Widjojo Nitisstro dan ide idenya. Baru kemudian, setelah terjadi perubahan politik, dari Sukarno ke Suharto, ide perubahan paradigma tersebut mendapat dukungan politik. Suharto mendukung penuh ide Widjojo Nitisastro. Bahkan, akhirnya, sebagian besar Ketetapan MPRS Nomor XXIII/ 1966 yang kemudian menjadi landasan hukum pembangunan ekonomi Indonesia di awal Order Baru, berasal dari ide Widjojo Nitisastro dan kawan kawan di Fakultas Ekonomi UI. Tentu saja, di jaman sekarang, pemikiran tersebut bukanlah hal yang luar biasa, seperti juga bahwa pemikiran Keynes sudah menjadi hal yang sehari hari bagi para ekonom dan mahasiswa ekonomi.
Kemampuan dan keberanian Widjojo Nitisastro untuk memulai sesuatu yang baru tidak bermula di tahun 60-an. Dalam penulisan disertasinya, Widjojo Nitisastro juga melakukan sesuatu yang waktu itu masih amat langka. Disertasinya (tahun 1961) berjudul ”Migration, Population Growth, and Economic Development: a Study of the Economic Consequences of Alternative Pattern of Inter-island Migration”. Selain disertasi, studi Widjojo Nitisastro mengenai demografi juga menghasilkan buku Population Trends in Indonesia, yang kemudian menjadi amat terkenal dalam kepustakaan demografi di Indonesia.
Di jaman sekarang, mahasiswa demografi akan merasakan bahwa kedua karya ini sebagai “biasa biasa” saja, karena mereka, saat ini, telah sangat terbiasa dengan apa yang dilakukan Widjojo Nitisastro dalam dua buku tersebut. Namun, saat itu, di akhir 1950-an dan awal 1960-an, data demografi teramat langka, terutama untuk Indonesia. Widjojo memasuki hutan demografi tanpa angka, dan ia mulai merintis mengumpulkan dan menghasilkan angka.
Kemudian, setelah Widjojo Nitisastro menjadi Ketua Tim Bidang Ekonomi dan Keuangan dari Staf Pribadi Ketua Presidium Kabinet Republik Indonesia, di era politik di bawah Suharto, pada tahun 1996, hasil karya demografi tersebut dikembangkan oleh Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi UI, yang didirikan antara lain oleh Widjojo Nitisastro. Kemudian, data demografi tersebut menjadi dasar yang amat penting dalam perencanaan pembangunan Indonesia.
Jaman sekarang, situasi, permasalahan, dan tantangan sudah jauh berbeda dengan apa yang terjadi di jaman J. M. Keynes, tahun 1930-an, dan jaman Widjojo Nitisastro, tahun 1960-an. Namun, satu hal yang masih relevan: perubahan paradigma selalu diperlukan, untuk menghadapi situasi, permasalahan, dan tantangan yang berbeda, terutama di saat krisis.
Berbagai krisis yang melanda dunia, dan Indonesia, akhir akhir ini tampaknya juga memerlukan perubahan paradigma. Adakah paradigma baru dan apakah elit politik akan mendukung paradigma baru? Indonesia, sebagai anggota G-20, dapat memberikan sumbangan pemikiran perubahan paradigma pemikiran ekonomi untuk kepentingan global, termasuk Indonesia. Bedanya, kalau di jaman J. M Keynes dan Widjojo Nitisastro para ekonom dapat bekerja sendirian dalam pembuatan paradigma baru, di jaman sekarang, paradigma baru harus merupakan pemikiran yang inter-disiplin, yang harus melibatkan pemikiran di banyak disiplim ilmu pengetahuan, bukan hanya ilmu ekonomi.
Buku ini sungguh layak untuk dibaca dan dipahami. Banyak hal lain menarik dari buku ini.

"Berbagi Buku"

PENGAKUAN BANDIT EKONOMI



Buku ini ditulis John Perkins, penulis asal Amerika Serikat yang mengungkapkan kejahatan korporatokrasi, jaringan yang bertujuan memetik laba melalui cara-cara korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dari negara-negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia. Buku ini merupakan lanjutan dari buku pertama Confessions of An Economic Hit Man (2004) Perkins menyebut dirinya bandit ekonomi (economic hit man [EHM]) yang bekerja di perusahaan konsultan MAIN di Boston, AS.  SILAKAN DOWNLOAD DENGAN MENGKLIK DI SINI


CATATAN HITAM LIMA PRESIDEN INDONESIA




Buku ini ditulis seorang jurnalis di awal revormasi. Sebuah Investigasi 1997-2007, Mafia Ekonomi, dan Jalan Baru Membangun Indonesia. Memuat catatan kelam lima presiden Indonesia. DOWLOAD, KLIK DI SINI

THE DEVINE MESSAGE OF DNA-TUHAN DALAM GEN KITA


Ditulis Dr. Kazuo Murakami, pakar genetika terkenal dari Jepang, lewat hasil penelitian yang panjang. Murakami menyebut karya ini sebagai ”Sang Agung”. Jika selama ini gen dipahami bersifat tetap dan tidak bisa berubah, tetapi hasil penelitian buku ini justru sebaliknya. Menusia bisa mengaktifkan gen-gen positif dan mematikan gen-gen negatif, untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. DOWNLOAD KLIK DI SINI

Senin, 25 April 2011

"The End of History and The Last Man"


The End of History and the Last Man adalah sebuah buku yang ditulis oleh Francis Fukuyama (1992). Buku ini merupakan perluasan esai yang ditulisnya pada tahun 1989. “The End of History”, diterbitkan oleh The National Interest. Dalam buku ini Fukuyama berpendapat bahwa munculnya demokrasi liberal Barat dapat merupakan pertanda titik akhir dari evolusi sosial budaya dan bentuk akhir pemerintahan.
Ringkasan tesisnya adalah: “Apa yang kita dapat saksikan tidak hanya akhir Perang Dingin, atau lulus dari suatu periode tertentu dari sejarah pasca-perang, tetapi akhir sejarah itu sendiri, yaitu titik akhir dari evolusi ideologis manusia dan universalisasi demokrasi liberal Barat sebagai bentuk final pemerintahan manusia”.Banyak orang melihat tesis Fukuyama bertentangan dengan versi Karl Marx tentang “akhir prasejarah”. Beberapa ahli juga mengidentifikasi filsuf Jerman G.W. Friedrich Hegel sebagai sumber bahasa Fukuyama, namun disajikannya dengan gaya Alexandre Kojève, yang berpendapat bahwa kemajuan sejarah harus menuju ke arah pembentukan negara yang universal dan homogen.
Menurut Kojeve sendiri, kemungkinan terbesar akhir sejarah adalah menggabungkan elemen demokrasi liberal atau sosial, tetapi Kojeve memberi penekanan pada karakter pasca-politik sebagai penyebab keadaan tersebut. Tetapi tentu saja ada resiko, kalau dibuat perbandingan seperti itu tidak akan memadai, dan hanya akan mereduksi setiap kemenangan dari pihak kapitalisme saja.
Tesis Fukuyama berisi beberapa elemen: Pertama, Argumen politik: yakni bahwa semua perang melalui sejarah adalah bentrokan antara dua sistem politik yang bersaing. Maka sebagai bangsa yang lebih mengadopsi bentuk pemerintahan demokrasi liberal, perang antara mereka seharusnya tidak akan terjadi lagi. Kedua, Argumen empiris: Sejak awal abad 19, telah ada langkah dari Amerika untuk mengadopsi beberapa bentuk demokrasi liberal sebagai pemerintahannya, yang didefinisikan sebagai sebuah pemerintahan di mana hak-hak individu, seperti hak untuk kebebasan berbicara, lebih unggul daripada hak-hak negara. Ketiga, Argumen filosofis: Fukuyama meneliti pengaruh thymos (atau semangat manusia). Argumennya adalah: Bahwa demokrasi menghalangi perilaku berisiko. Pencerahan berpikir rasional menunjukkan bahwa peran tuan dan budak ternyata tidak memuaskan dan merusak diri. Oleh karenanya karenanya tidak diadopsi oleh roh-roh leluhur. Jenis argumen yang terakhir ini
awalnya diambil oleh Hegel dan John Locke.
Salah interpretasi
Menurut Fukuyama, sejak Revolusi Perancis, demokrasi telah berulang kali terbukti menjadi sistem fundamental yang lebih baik secara etis, politik, maupun ekonomi, daripada menjadi sistem alternatif. Maka yang paling umum dan mendasar, kesalahan dalam mendiskusikan tesis Fukuyama adalah kerancuan pembedaan antara ‘sejarah’ (history) dengan ‘kejadian’ (event). Fukuyama tidak mengajukan klaim pada titik apapun bahwa peristiwa yang terjadi akan berhenti di masa depan. Apa yang diklaimnya adalah bahwa semua hal yang akan terjadi di masa depan berupa demokrasi yang akan menjadi lebih umum dalam jangka panjang, meskipun bisa saja terjadi kembalinya totalitarianisme atau kemungkinan lain yakni kemunduran yang bersifat ‘sementara’.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa Fukuyama menyajikan demokrasi yang Americanized, sebagai suatu sistem politik yang benar, dan bahwa semua negara mau tidak mau harus mengikuti sistem pemerintahan tertentu, namun banyak pihak mengklaim hanya bahwa ini adalah salah interpretasi. Kritik bagi Fukuyama di titik ini adalah bahwa di masa depan akan ada semakin banyak pemerintah yang menggunakan kerangka demokrasi parlementer dan yang berisi berbagai bentuk pasar.
The End of History tidak pernah dikaitkan dengan model khusus Amerika baik dalam hubungan organisasi sosial maupun politik, betatapun Fukuyama mengutip Alexandre Kojève, filsuf Rusia-Prancis yang mengilhami argumentasinya. Ia percaya bahwa Uni Eropa lebih akurat mencerminkan seperti apa dunia akan terlihat pada akhir sejarah dibanding Amerika Serikat kontemporer. Maka upaya Uni Eropa untuk mengatasi kedaulatan dan politik kekuasaan tradisional dengan menetapkan aturan hukum transnasional adalah jauh lebih sejalan dengan dunia “pasca-sejarah” daripada keyakinan Amerika yang tetap memakaiBelief in God, national sovereignty, and their military
Argumen yang mendukung
Asumsi dari teori Fukuyama adalah bahwa perang antara dua negara dengan kematangan demokrasi, dan karena sifat demokrasi liberal (yaitu, bahwa hak-hak individu dinilai lebih tinggi daripada hak-hak negara), tidak akan pernah ada. Hal ini terbukti kasus sampai sekarang.
Bukti empiris telah digunakan untuk mendukung teori ini. Freedom House berpendapat bahwa tidak ada demokrasi liberal tunggal dengan hak pilih universal di dunia pada 1900, tapi bahwa hari ini 120 (62 persen) dari 192 negara di dunia adalah negara demokrasi tersebut. Mereka menghitung 25 (19 persen) negara dengan ‘praktek demokrasi terbatas’ pada 1900 dan 16 (8%) hari ini. Mereka sebanyak 19 (14 persen) monarki konstitusional pada 1900, di mana konstitusi membatasi kekuasaan raja, dan dengan beberapa kekuasaan diserahkan ke legislatif terpilih.
Bukti empiris Lain terutama meliputi penghapusan perang antar-negara di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Eropa Timur di antara negara-negara yang pindah dari kediktatoran militer ke demokrasi liberal.
Teori perdamaian demokrasi berpendapat bahwa terdapat demokrasi yang mengurangi kekerasan sistematis baik eksternal maupun internal. Hal ini tampaknya kompatibel dengan teori Fukuyama, tapi samasekali tidak kompatibel dengan konflik kelas ala Marx, yakni berakhirnya Perang Dingin dan meningkatan berikutnya dalam jumlah negara-negara demokrasi liberal yang disertai dengan penurunan perang total secara dramatis dan tiba-tiba, perang antar negara, perang etnis, perang revolusioner, dan jumlah pengungsi maupun orang-orang yang terlantar.
Demokrasi liberal berhasil memenuhi keinginan cemerlang kebutuhan dasar manusia (pangan, pakaian, tempat berteduh) tetapi menimbulkan beberapa pertanyaan. Adalah Will Man, yakni ertanyaan: Setelah kenyang, masihkah orang memiliki jenis thymos yang telah mendorong spesies untuk mencapai teknologi dan budaya? Apakah yang paling mampu dalam masyarakat puas untuk diperlakukan sama dengan orang-orang yang mereka anggap bawahan mereka, atau akankah mereka menuntut tingkat penghargaan politik sepadan dengan kontribusi mereka terhadap masyarakat? Apakah mereka yang berada di bawah skala sosial dan demokrasi liberal tidak, tak dapat disangkal, menghasilkan hierarki dari miskin ke kaya harus puas dengan Kekurangan di atas skala?, atau akankah mereka menuntut lebih tinggi dibawah yang lebih rendah? Fukuyama berusaha untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, yang digambarkan oleh pemikir seperti Plato, Tocqueville, Kant, Hegel, Marx, Nietzsche, dan Alexandre Kojeve berdasarkan pengalaman abad modern.
Menarik
Buku ini memang menarik, tetapi ada resiko yang terkadang salah arah. Pada akhirnya, pertanyaan yang menjiwai diskusi adalah sama bahwa manusia selalu punya wajah, yang pada akhirnya akan berada pada keinginan untuk keamanan atau dorongan untuk kebebasan. Tidak ada masalah yang lebih penting dalam sejarah manusia dan cara-cara di mana kita akan menjawabnya secara biasa untuk menentukan masa depan kita. Bahkan jika itupun tidak tiba pada suatu jawaban final. Fukuyama sedikit banyak telah menambahkan kepada pemahaman ini.

Buku Rujukan Utama Mata Kuliah "Sejarah Pemikiran Ekonomi"

 



Perkembangan Pemikiran Ekonomi dalam buku pertama ini, mencakup tiga bagian. Diawali dengan perkembangan dari zaman Praklasik sampai Ekspektasi Rasional yang juga mencakupi mazhab Klasik, Neo-Klasik, Keynes, Neo- Keynes dan Aliran Monetaris. Bagian kedua tentang Historismus, Institusionalisme dan Marxisme. Bagian terakhir membahas teori tentang siklus ekonomi, gerak kecenderungan dalam perkembangan jangka panjang. Buku ini merupakan Pedoman Dasar untuk membantu dan memandu pelajar dan peminat guna memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang latar belakang peralatan-peralatan analisis yang digunakan dalam pengamatan dan pengkajian mengenai berbagai masalah ekonomi. Sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen, maupun kalangan masyarakat yang menaruh minat pada perkembangan ilmu ekonomi pada umumnya.



Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhn&ekon Pemb

Buku ini menguraikan berbagai teori dan model beserta aliran-aliran pendekatannya yang lazim digunakan dalam teori umum ekonomi makro dan ekonomi pembangunan, mulai dari aliran atau mazhab Klasik, Neo-Keynes sampai Neo-Marxis. Titik berat adalah pada pembahasan tentang berbagai pendekatan teoretis dalam Ekonomi Pembangunan di negara-negara sedang berkembang, mulai dari pendekatan sosial-budaya, strukturalisme, ketergantungan (dependancie), hingga pola pembangunan berkelanjutan (sustainable development model) yang populer belakangan ini.
Pembahasan tentang pemikiran dan pendekatan teoretis mengenai masalah-masalah pertumbuhan dan pembangunan yang dipaparkan penulis dalam buku ini bukan hanya menyangkut segi-segi teori dan konsep dasarnya saja, namun dikaitkan dengan analisis dinamika yang melihat fenomena ekonomi masyarakat dalam perspektif sejarah di masa lalu dan sekaligus juga dalam persepsi masa depan. Masalah-masalah pertumbuhan dan pembangunan ekonomi itu dijelaskan dalam konteks sosial-budaya dan kerangka politik dalam tata susunan masyarakat/negara yang bersangkutan, serta menurut perjalanan sejarah, keadaan geografis-ekonomis dan konstelasi geo-politik dunia hingga dewasa ini.
Pokok-pokok pemikiran para pakar ilmu ekonomi dan pembangunan dari berbagai aliran itu juga dibuatkan sintesis dan rangkumannya oleh penulis yang dikaitkan dengan tinjauan tentang pembangunan kita untuk memudahkan mahasiswa, dosen, perencana, dan praktisi pembangunan dalam menelaah dan menyusun suatu kerangka acuan dan pola pendekatan yang utuh dan terpadu tentang ekonomi pembangunan dan pembangunan nasional yang relevan dengan kondisi perekonomian Indonesia sekarang dan untuk menyongsong Pembagunan Jangka Panjang ke-II dalam 10-25 tahun mendatang.
Table of Contents
Bab 1: Perkembangan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pembangunan Ekonomi - 1 Bab 2: Teori Pertumbuhan - 36 Bab 3: Berbagai Pendekatan Teoretiis dalam Ekonomi Pembangunan - 58 Bab 4: Sintesis Pendekatan Teoretis dalam Ekonomi Pembangunan - 124 Bab 5: Perubahan Struktural dalam Ekonomi Indonesia Selama Lima Tahap Pelita (1969/70-1993/94) dan Perpekstif Pembangunan Jangka Panjang Tahap II - 160 . . . Bab 9: Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup - 302 


Perkembangan Pemikiran Ekonomi

Synopsis
Secara umum, buku ini membahas perkembangan pemikiran ekonomi secara mendasar dan komprehensif. Pembahasan dimulai dengan pemikiran ekonomi praklasik. dilanjutkan dengan teori klasik Adam Smith dan tokoh-tokoh klasik lainnya. Kemudian, dibahas juga tentang sosialisme , mazhab Neoklasik, aliran sejarah (historis), aliran internasional, pemikiran-pemikiran Keynes, Neo-Keynes, dan Pasca Keynes. Selain itu, di dalam edisi ini juga disajikan tokoh-tokoh pemenang nobel di bidang Ekonomi beserta pokok-pokok sumbangan mereka terhadap Ilmu Ekonomi.

Table of Contents
Bab 1: Pendahuluan - 1 Bab 2: Pemikiran Ekonomi Masa Praklasik - 11 Bab 3: Teori Klasik Adam Smith - 27 Bab 4: Pemikiran Tokoh-tokoh Klasik Lainnya - 47 Bab 5: Sosialisme Sebelum Marx - 59 . . . Bab 14: Penutup - 243


Kategori:Buku-buku
JenisIlmu Pengetahuan
Penulis:Mark Skousen
Narasi Pergumulan Pemikiran Ekonomi

Judul buku: Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern
Penulis : Mark Skousen
Penerbit : Prenada Media, Jakarta
Edisi : I, Februari 2005
Tebal buku : xii + 564 hlm.

“Tak ada seni yang bisa dipelajari dengan cepat oleh pemerintahan, kecuali seni menguras uang dari kantong penduduk.” (Adam Smith, The Wealth of Nations, 1776)

Seperti disiplin ilmu lainnya, ekonomi tidak berkembang dalam ruang hampa. Gagasan ilmu ekonomi dikembangkan oleh mereka yang menanggapi masalah dan isu-isu penting pada masanya. Pemahaman terhadap sejarah sangat diperlukan untuk memahami fungsi ilmu ekonomi dan bagaimana para ahli ekonomi di masa lampau merespons isu-isu pada zamannya.
Sebuah narasi kritis telah hadir untuk menyikapi pergumulan intelektual dalam menyelesaikan masalah ekonomi modern. Sejarah ekonomi modern dengan plot yang cerdas, setara dengan plot kisah novel historis terbaik ini dapat disimak dalam buku karya genius akademisi, Mark Skousen, berjudul Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern. Alur ceritanya adalah kisah tentang perjuangan umat manusia dalam mencari kekayaan dan kemakmuran serta pencarian model ekonomi yang bisa memenuhi kebutuhan umat manusia.

Karakter Utama
Pada mulanya adalah Adam Smith (1723-1790), salah seorang proponen era Pencerahan Skotlandia (Scottish Enlightenment) serta pendukung kebebasan alamiah dan persaingan—filsafat utama yang diajarkannya. Dia menulis tentang tiga tujuan pemerintahan: mengangkat negara dari barbarisme rendah menuju tingkat kemakmuran tertinggi dengan cara damai, pajak ringan, serta dengan administrasi yang adil dan toleran. Profesor asal Skotlandia ini adalah pendukung utama tingkat kebebasan maksimum dalam masyarakat, termasuk diversitas hiburan—sepanjang tidak menimbulkan skandal dan ketidaksenonohan.
Pada 9 Maret 1776, sebuah penerbit terkemuka di London, William Strahan & Thomas Cadell, meluncurkan dua jilid buku monumental berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, yang tebalnya lebih dari 1.000 halaman. Buku tebal dan berjudul panjang ini tampaknya telah ditakdirkan untuk menimbulkan pengaruh yang sangat luas di seluruh dunia. Penulisnya adalah Dr. Adam Smith, profesor pendiam dan linglung yang mengajar “filsafat moral” di Universitas Glasgow, Inggris.
Filsafat kebebasan alamiah dan invisible hand yang diajarkan Adam Smith menjadi karakter utama dalam sejarah ekonomi modern. Tatkala Revolusi Industri di Inggris (c. 1760) dan kebebasan politik muncul ke panggung sejarah, terciptalah era baru kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi sepanjang dua abad sesudahnya. Model kemakmuran ala putra terbaik Skotlandia yang tercerahkan ini segera menyebar ke Perancis (via Jean Baptisté Say dan Claude Frédéric Bastiat), ke Amerika Serikat (Thomas Jefferson), dan ke seantero dunia Barat.
Namun optimisme Adam Smith segera ditentang oleh Thomas Robert Malthus (1766-1834) dan David Ricardo (1772-1823), dua tokoh intelektual yang sangat berpengaruh pada masa itu. Keduanya mengemukakan doktrin yang muram tentang hukum besi upah subsisten (standar minimum) dan penderitaan kelas buruh yang tiada akhir. Ramalan yang pesimistis ini segera diikuti oleh munculnya John Stuart Mill (1806-1873) yang terombang-ambing di antara kebebasan (liberty) dan sosialisme, ketika komunitarianisme utopian mencapai puncak kemasyhurannya. Kemudian, pada Revolusi Indistri di pertengahan abad ke-19, Karl Heinrich Marx (1818-1983) muncul secara mengejutkan di panggung sejarah. Ia berbicara tentang eksploitasi dan alienasi (keterasingan) di kalangan kaum buruh industri. Dengan cara ini, Marx menyeret ekonomi ke dalam abad kegelapan baru. Bangkitnya sosialisme akan menjadi lawan paling tangguh bagi kapitalisme ala Adam Smith di sepanjang abad sesudahnya.
Untungnya, muncul cahaya baru yang mengimbangi kekuatan gelap sosialisme ini. Revolusi “marginal” ini menghidupkan kembali karakter invisible hand Adam Smith. Cahaya ini berasal dari tiga sumber—Carl Menger di Austria, Léon Walras di Swiss, dan William Stanley Jevons di Inggris. Eugen von Böhm-Bawerk, salah seorang rekan Menger, adalah ekonom pertama yang mengkritik keras teori nilai tenaga kerja dan eksploitasi buruh yang diajukan Marx. Melalui textbook karya Alfred Marshall di Inggris serta Frank W. Taussig dan Irving Fisher di Amerika Serikat, model ekonomi ala Adam Smith mulai dibangun kembali. Begitu bangkit kembali, model ini kemudian melancarkan serangan balik yang efektif terhadap sosialisme yang sedang tumbuh. Ekonomi ilmiah, dengan demikian, telah datang.

Ekonomi Baru
Namun dunia kapitalisme pasar bebas Adam Smith dihantam keras oleh guncangan dunia usaha pada 1929 dan meledaknya Depresi Besar (Great Depression) pada era 1930-an. Para ekonom neoklasik berhasil menangkap perbedaan halus antara penawaran (supply) dan permintaan (demand), tetapi mereka gagal menguak rahasia “koneksi uang” (money nexus), yakni hubungan vital antara ekonomi mikro dan ekonomi makro. Pada awal abad ke-20, profesor dari Yale, Irving Fisher, berjuang keras menemukan rantai yang hilang dalam hubungan antara mikro dan makro ekonomi. Ludwig von Mises, dengan bertumpu pada karya besar Knut Wicksell dari Swedia, akhirnya berhasil menjembatani jurang pemisah antara mikro dan makro ekonomi dalam karyanya berjudul Theory of Money and Credit.
Lantas siapa yang menyelamatkan kapitalisme? Pada saat ini terjadi pertempuran antara ekonomi klasik yang membela kebijakan laissez faire, melawan kaum sosialis dan Marxis yang menuntut revolusi menggulingkan tatanan lama. Di tengah-tengah perang intelektual yang hebat ini muncullah John Maynard Keynes, sang juru selamat ekonomi kapitalisme. Pahlawan dari Cambridge ini mengajukan model baru yang canggih yang didasarkan pada “hipotesis ketidakstabilan finansial” yang melekat di dalam sistem kapitalis.
“Ekonomi baru” ini menuntut adanya intervensi pemerintah di arena moneter dan fiskal untuk menstabilkan ekonomi pasar. Namun berbeda dengan Marxisme, model Keynesian tidak mensyaratkan nasionalisasi atau kontrol mikro atas supply and demand. Model klasik penghematan, anggaran berimbang, pajak rendah, dan standar emas dikaitkan dengan periode full employment. Adapun rumusan Keynesian tentang permintaan konsumen, pembiayaan defisit, pajak progresif, dan fiat money berperan penting di masa resesi ekonomi.

Ekonomi Pasar
Para ekonom-monetaris anti-revolusi pimpinan Milton Friedman, mulai memfokuskan pada ketidakstabilan kebijakan makro pemerintah. Friedman yang lebih mengandalkan karya empiris ketimbang model abstrak, menunjukkan bagaimana institusi ciptaan pemerintah, yakni Federal Reserve (The Fed), berperan sebagai biang keladi yang memicu Depresi Besar.
Dengan mengadopsi kebijakan moneter yang stabil, ekonomi pasar yang mengatur diri sendiri ala Adam Smith sekali lagi bisa berkembang. Mazhab Chicago menjadi motor penggerak di balik gerakan kembali ke ekonomi klasik. Mazhab ini juga menunjukkan perlunya bukti empiris untuk mendukung teori. Tak lama kemudian aliran ekonomi pasar bebas lainnya, seperti aliran supplya side, aliran ekspektasi rasional, dan aliran Austria mulai menentang ajaran monolitik Keynesian.
Kemenangan ekonomi pasar mencapai puncak kejayaannya bersama dengan jatuhnya sistem ekonomi Soviet pada awal tahun 1990-an. Ekonom Austria, Ludwig von Mises dan Friedrich von Hayek, telah lama meramalkan ambruknya sistem perencanaan terpusat sosialis. Kini prediksi mereka terbukti. Kegagalan paradigma sosialis membuka era baru perdagangan bebas, denasionalisasi, dan privatisasi di seluruh negara maju.
Dengan narasi seperti novel bestseller dan paparan yang cerdas, Mark Skousen membawa pembaca masuk ke dalam kancah pergumulan pemikiran ekonomi dengan semua aliran (mazhab ekonomi) dan pertentangan di antara mereka. Pembaca yang tidak berlatarbelakang ilmu ekonomi sekalipun dapat dengan mudah memahami bagaimana ilmu ekonomi bisa berkembang sampai mendapatkan bentuknya yang sekarang ini.
Kelebihan buku ini tidak sekadar cerita tentang pertarungan ide, namun juga memuat kisah yang ganjil dari para tokohnya. Skousen secara menarik membeberkan kehidupan pribadi para ekonom yang sering kali aneh dan ganjil. Pembaca akan menemukan cerita aneh, seperti seorang ekonom yang sangat terpesona oleh telapak tangan seseorang sehingga dia menyimpan cetakan tangan dari teman-temannya; seorang menteri Keuangan yang berparade di jalan-jalan di kota Wina dengan dua pelacur; seorang ekonom dan profesor filsafat moral yang membakar bajunya, kemudian membakar tulisannya sebelum ia meninggal dunia.

"Sejarah Teori Ekonomi"

Sejarah Perkembangan Teori Ekonomi adalah suatu pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan membedakan di antaranya antara yang bersifat "natural" atau "unnatural". Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini kelak akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad Pertengahan.
Aristotles juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya akan dapat memberi peluang seseorang untuk melakukan kebajikan dan memberikan derma dan cinta sesama yang merupakan bagian dari “jalan emas” dan “kehidupan yang baik ala Aristotles.
Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai Indian Machiavelli. Dia adalah professor ilmu politik pada Takshashila University dari India kuno dan kemudian menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan yang dipimpin oleh Chandragupta Maurya. Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra (Ilmu mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli's The Prince. Banyak masalah yang dibahas dalam karya itu masih relevan sampai sekarang, termasuk diskusi tentang bagaiamana konsep manajemen yang efisien dan solid, dan juga masalah etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada isu kesejahteraan seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika kolektif yang dapat mengikat kebersamaan masyarakat.
Tokoh pemikir Islam juga memberikan sumbangsih pada pemahaman di bidang ekonomi. ibn Khaldun dari Tunis (1332–1406) menulis masalah teori ekonomi dan politik dalam karyanya Prolegomena, menunjukkan bagaimana kepadatan populasi adalah terkait dengan pembagian tenaga kerja yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sebaliknya mengakibatkan pada penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia juga memperkenalkan konsep yang biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve (keterkaitan antara tingkat pajak dan pendapatan pajak dalam kurva berbentuk huruf U).
Perintis pemikiran barat di bidang ekonomi terkait dengan debat scholastic theological selama Middle Ages. Masalah yang penting adalah tentang penentuan harga barang. Penganut Katolik dan Protestan terlibat dalam perdebatan tentang apa itu yang disebut “harga yang adil” di dalam ekonomi pasar. Kaum skolastik Spanyol di abad 16 mengatakan bahwa harga yang adil tak lain adalah harga pasar umum dan mereka umumnya mendukung filsafat laissez faire.
Selanjutnya pada era Reformation pada 16th century, ide tentang perdagangan bebas muncul yang kemudian diadopsi secara hukum oleh Hugo de Groot atau Grotius. Kebijakan ekonomi di Europe selama akhir Middle Ages dan awal Renaissance adalah memberlakukan aktivitas ekonomi sebagai barang yang ditarik pajak untuk para bangsawan dan gereja. Pertukaran ekonomi diatur dengan hukum feudal seperti hak untuk mengumpulkan pajak jalan begitu juga pengaturan asosiasi pekerja (guild) dan pengaturan religious dalam masalah penyewaan. Kebijakan ekonomi seperti itu didesain untuk mendorong perdagangan pada wilayah tertentu. Karena pentingnya kedudukan sosial, aturan-aturan terkait kemewahan dijalankan, pengaturan pakaian dan perumahan meliputi gaya yang diperbolehkan, material yang digunakan dan frekuensi pembelian bagi masing-masing kelas yang berbeda.
Niccolò Machiavelli dalam karyanya The Prince adalah penulis pertama yang menyusun teori kebijakan ekonomi dalam bentuk nasihat. Dia melakukannya dengan menyatakan bahwa para bangsawan dan republik harus membatasi pengeluarannya, dan mencegah penjarahan oleh kaum yang punya maupun oleh kaum kebanyakan. Dengan cara itu maka negara akan dilihat sebagai “murah hati” karena tidak menjadi beban berat bagi warganya. Selama masa Early Modern period, mercantilists hampir dapat merumuskan suatu teori ekonomi tersendiri. Perbedaan ini tercermin dari munculnya negara bangsa di kawasan Eropa Barat yang menekankan pada balance of payments.
Tahap ini kerapkali disebut sebagai tahap paling awal dari perkembangan modern capitalism yang berlangsung pada periode antara abad 16th dan 18th, kerap disebut sebagai merchant capitalism dan mercantilism. Babakan ini terkait dengan geographic discoveries oleh merchant overseas traders, terutama dari England dan Low Countries; European colonization of the Americas; dan pertumbuhan yang cepat dari perdagangan luar negeri. Hal ini memunculkan kelas bourgeoisie dan menenggelamkan feudal system yang sebelumnya.
Merkantilisme adalah sebuah sistem perdagangan untuk profit, meskipun produksi masih dikerjakan dengan non-capitalist production methods. Karl Polanyi berpendapat bahwa capitalism belum muncul sampai berdirinya free trade di Britain pada 1830s.
Di bawah merkantilisme, European merchants, diperkuat oleh sistem kontrol dari negara, subsidies, and monopolies, menghasilkan kebanyakan profits dari jual-beli bermacam barang. Dibawah mercantilism, guilds adalah pengatur utama dari ekonomi. Dalam kalimat Francis Bacon, tujuan dari mercantilism adalah :
"the opening and well-balancing of trade; the cherishing of manufacturers; the banishing of idleness; the repressing of waste and excess by sumptuary laws; the improvement and husbanding of the soil; the regulation of prices…"
Di antara berbagai mercantilist theory salah satunya adalah bullionism, doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi precious metals. Mercantilists berpendapat bahwa negara seharusnya mengekspor barang lebih banyak dibandingkan jumlah yang diimport sehingga luar negeri akan membayar selisihnya dalam bentuk precious metals. Mercantilists juga berpendapat bahwa bahan mentah yang tidak dapat ditambang dari dalam negeri maka harus diimport, dan mempromosikan subsidi, seperti penjaminan monopoli protective tariffs, untuk meningkatkan produksi dalam negeri dari manufactured goods.
Para perintis mercantilism menekankan pentingnya kekuatan negara dan penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama dari economic policy. Jika sebuah negara tidak mempunyai supply dari bahan mentahnnya maka mereka harus mendapatkan koloni darimana mereka dapat mengambil bahan mentah yang dibutuhkan. Koloni berperan bukan hanya sebagai penyedia bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang jadi. Agar tidak terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk melaksanakan produksi dan berdagang dengan pihak asing lainnya.
Selama the Enlightenment, physiocrats Perancis adalah yang pertama kali memahami ekonomi berdiri sendiri. Salah satu tokoh yang terpenting adalah Francois Quesnay. Diagram ciptaannya yang terkenal, tableau economique, oleh kawan-kawannya dianggap sebagai salah satu temuan ekonomi terbesar setelah tulisan dan uang. Diagram zig-zag ini dipuji sebagai rintisan awal bagi pengembangan banyak tabel dalam ekonomi modern, ekonometrik, multiplier Keynes, analisis input-output, diagram aliran sirkular dan model keseimbangan umum Walras.
Tokoh lain dalam periode ini adalah Richard Cantillon, Jaques Turgot, dan Etienne Bonnot de Condillac. Richard Cantillon (1680-1734) oleh beberapa sejarawan ekonomi dianggap sebagai bapak ekonomi yang sebenarnya. Bukunya Essay on the Naturof Commerce ini General (1755, terbit setelah dia wafat) menekankan pada mekanisme otomatis dalam pasar yakni penawaran dan permintaan, peran vital dari kewirausahaan, dan analisis inflasi moneter “pra-Austrian” yang canggih yakni tentang bagaimana inflasi bukan hanya menaikkan harga tetapi juga mengubah pola pengeluaran.
Jaques Turgot (1727-81) adalah pendukung laissez faire, pernah menjadi menteri keuangan dalam pemerintahan Louis XVI dan membubarkan serikat kerja (guild), menghapus semua larangan perdagangan gandum dan mempertahankan anggaran berimbang. Dia terkenal dekat dengan raja meskipun akhirnya dipecat pada 1776. Karyanya Reflection on the Formation and Distribution of Wealth menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perekonomian. Sebagai seorang physiocrats, Turgot membela pertanian sebagai sektor paling produktif dalam ekonomi. Karyanya yang terang ini memberikan pemahaman yang baik tentang preferensi waktu, kapital dan suku bunga, dan peran enterpreneur-kapitalis dalam ekonomi kompetetitif.
Etienne Bonnot de Condillac (1714-80) adalah orang yang membela Turgot di saat-saat sulit tahun 1775 ketika dia menghadapi kerusuhan pangan saat menjabat sebagai menteri keuangan. Codillac juga merupakan seorang pendukung perdagangan bebas. Karyanya Commerce and Government (terbit sebulan sebelum The Wealth of Nation, 1776) mencakup gagasan ekonomi yang sangat maju. Dia mengakui manufaktur sebagai sektor produktif, perdagangan sebagai representasi nilai yang tak seimbang dimana kedua belah pihak bisa mendapat keuntungan, dan mengakui bahwa harga ditentukan oelh nilai guna, bukan nilai kerja.
Tokoh lainnya, Anders Chydenius (1729–1803) menulis buku The National Gain pada 1765 yang menerangkan ide tentang kemerdekaan dalam perdagangan dan industri dan menyelidiki hubungan antara ekonomi dan masyarakat dan meletakkan dasar liberalism, sebelas tahun sebelum Adam Smith menulis hal yang sama namun lebih komprehensif dalamThe Wealth of Nations. Menurut Chydenius, democracy, kesetaraan dan penghormatan pada hak asasi manusia adalah jalan satu-satunya untuk kemajuan dan kebahagiaan bagi seluruh anggota masyarakat.
Mercantilism mulai menurun di Great Britain pada pertengahan 18th, ketika sekelompok economic theorists, dipimpin oleh Adam Smith, menantang dasar-dasar mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa jumlah keseluruhan dari kekayaan dunia ini adalah tetap sehingga suatu negara hanya dapat meningkatkan kekayaannya dari pengeluaran negara lainnya. Meskipun begitu, di negara-negara yang baru berkembang seperti Prussia dan Russia, dengan pertumbuhan manufacturing yang masih baru, mercantilism masih berlanjut sebagai paham utama meskipun negara-negara lain sudah beralih ke paham yang lebih baru.
Pemikiran ekonomi modern biasanya dinyatakan dimulai dari terbitnya Adam Smith's The Wealth of Nations, pada 1776, walaupun pemikir lainnya yang lebih dulu juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Ide utama yang diajukan oleh Smith adalah kompetisi antara berbagai penyedia barang dan pembeli akan menghasilkan kemungkinan terbaik dalam distribusi barang dan jasa karena hal itu akan mendorong setiap orang untuk melakukan spesialisasi dan peningkatan modalnya sehingga akan menghasilkan nilai lebih dengan tenaga kerja yang tetap. Smith's thesis berkeyakinan bahwa sebuah sistem besar akan mengatur dirinya sendiri dengan menjalankan aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya sendiri-sendiri tanpa harus mendapatkan arahan tertentu. Hal ini yang biasa disebut sebagai "invisible hand" dan masih menjadi pusat gagasan dari ekonomi pasar dan capitalism itu sendiri.
Smith adalah salah satu tokoh dalam era Classical Economics dengan kontributor utama John Stuart Mill and David Ricardo. John Stuart Mill, pada awal hingga pertengahan abad 19th, berfokus pada "wealth" yang didefinisikannya secara khusus dalam kaitannya dengan nilai tukar obyek atau yang sekarang disebut dengan price.
Pertengahan abad 18th menunjukkan peningkatan pada industrial capitalism, memberi kemungkinan bagi akumulasi modal yang luas di bawah fase perdagangan dan investasi pada mesin-mesin produksi. Industrial capitalism, yang dicatat oleh Marx mulai dari pertigaan akhir abad 18th, menandai perkembangan dari the factory system of manufacturing, dengan ciri utama complex division of labor dan routinization of work tasks; dan akhirnya memantapkan dominasi global dari capitalist mode of production.
Hasil dari proses tersebut adalah Industrial Revolution, dimana industrialist menggantikan posisi penting dari merchant dalam capitalist system dan mengakibatkan penurunan traditional handicraft skills dari artisans, guilds, dan journeymen. Juga selam masa ini, capitalism menandai perubahan hubungan antara British landowning gentry dan peasants, meningkatkan produksi dari cash crops untuk pasar lebih daripada yang digunakan untuk feudal manor. Surplus ini dihasilkan dengan peningkatan commercial agriculture sehingga mendorong peningkatan mechanization of agriculture.
Peningakatan industrial capitalism juga terkait dengan penurunan mercantilism. Pertengahan hingga akhir abad sembilan belas Britain dianggap sebagai contoh klasik dari laissez-faire capitalism. Laissez-faire mendapatkan momentum oleh mercantilism di Britain pada 1840s dengan persetujuan Corn Laws dan Navigation Acts. Sejalan dengan ajaran classical political economists, dipimpin oleh Adam Smith dan David Ricardo, Britain memunculkan liberalism, mendorong kompetisi dan perkembangan market economy.
Pada abad 19th, Karl Marx menggabungkan berbagai aliran pemikiran meliputi distribusi sosial dari sumber daya, mencakup karya Adam Smith, juga pemikiran socialism dan egalitarianism, dengan menggunakan pendekatan sistematis pada logika yang diambil dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel untuk menghasilkan Das Kapital. Ajarannya banyak dianut oleh mereka yang mengkritik ekonomi pasar selama abad 19th dan 20th. Ekonomi Marxist berlandaskan pada labor theory of value yang dasarnya ditanamkan oleh classical economists (termasuk Adam Smith) dan kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran Marxist beranggapan bahwa capitalism adalah berlandaskan pada exploitation kelas pekerja: pendapatan yang diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan yang dihasilkannya, dan selisih itu diambil oleh capitalist dalam bentuk profit.
Pada akhir abad 19th, kontrol dan arah dari industri skala besar berada di tangan financiers. Masa ini biasa disebut sebagai "finance capitalism," dicirikan dengan subordination proses produksi ke dalam accumulation of money profits dalam financial system. Penampakan utama capitalism pada masa ini mencakup establishment of huge industrial cartels atau monopolies; kepemilikan dan management dari industry oleh financiers berpisah dari production process; dan pertumbuhan dari complex system banking, sebuah equity market, dan corporate memegang capital melalui kepemilikan stock. Tampak meningkat juga industri besar dan tanah menjadi subject of profit dan loss oleh financial speculators. Akhir abad 19th juga muncul "marginal revolution" yang meningkatkan dasar pemahaman ekonomi mencakup konsep-konsep seperti marginalism dan opportunity cost. Lebih lanjut, Carl Menger menyebarkan gagasan tentang kerangka kerja ekonomi sebagai opportunity cost dari keputusan yang dibuat pada margins of economic activity.
Akhir 19th dan awal 20th capitalism juga disebutkan segagai era "monopoly capitalism," ditandai oleh pergerakan dari laissez-faire phase of capitalism menjadi the concentration of capital hingga mencapai large monopolistic atau oligopolistic holdings oleh banks and financiers, dan dicirikan oleh pertumbuhan corporations dan pembagian labor terpisah dari shareholders, owners, dan managers.
Perkembangan selanjutnya ekonomi menjadi lebih bersifat statistical, dan studi tentang econometrics menjadi penting. Statistik memperlakukan price, unemployment, money supply dan variabel lainnya serta perbandingan antar variabel-variabel ini, menjadi sentral dari penulisan ekonomi dan menjadi bahan diskusi utama dalam lapangan ekonomi. Pada quarter terakhir abad 19th, kemunculan dari large industrial trusts mendorong legislation di U.S. untuk mengurangi monopolistic tendencies dari masa ini. Secara berangsur-angsur, U.S. federal government memainkan peranan yang lebih besar dalam menghasilkan antitrust laws dan regulation of industrial standards untuk key industries of special public concern. Pada akhir abad 19th, economic depressions dan boom and bust business cycles menjadi masalah yang tak terselesaikan. Long Depression dari 1870s dan 1880s dan Great Depression dari 1930s berakibat pada nyaris keseluruhan capitalist world, dan menghasilkan pembahasan tentang prospek jangka panjang capitalism. Selama masa 1930s, Marxist commentators seringkali meyakinkan kemungkinan penurunan atau kegagalan capitalism, dengan merujuk pada kemampuan Soviet Union untuk menghindari akibat dari global depression.
Macroeconomics mulai dipisahkan dari microeconomics oleh John Maynard Keynes pada 1920s, dan menjadi kesepakatan bersama pada 1930s oleh Keynes dan lainnya, terutama John Hicks. Mereka mendapat ketenaran karena gagasannya dalam mengatasi Great Depression. Keynes adalah tokoh penting dalam gagasan pentingnya keberadaaan central banking dan campur tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya "General Theory of Employment, Interest and Money" menyampaikan kritik terhadap ekonomi klasik dan juga mengusulkan metode untuk management of aggregate demand. Pada masa sesudah global depression pada 1930s, negara memainkan peranan yang penting pada capitalistic system di hampir sebagian besar kawasan dunia. Pada 1929, sebagai contoh, total pengeluaran U.S. government (federal, state, and local) berjumlah kurang dari sepersepuluh dari GNP; pada 1970s mereka berjumlah mencapai sepertiga. Peningkatan yang sama tampak pada industrialized capitalist economies, sepreti France misalnya, telah mencapai ratios of government expenditures dari GNP yang lebih tinggi dibandingkan United States. Sistem economies ini seringkali disebut dengan "mixed economies."
Selama periode postwar boom, penampakan yang luasa dari new analytical tools dalam social sciences dikembangkan untuk menjelaskan social dan economic trends dari masa ini, mencakup konsep post-industrial society dan welfare statism. Phase dari capitalism sejak awal masa postwar hingga 1970s memiliki sesuatu yang kerap disebut sebagai “state capitalism”, terutama oleh Marxian thinkers.
Banyak economists menggunakan kombinasi dari Neoclassical microeconomics dan Keynesian macroeconomics. Kombinasi ini, yang sering disebut sebagai Neoclassical synthesis, dominan pada pengajaran dan kebijakan publik pada masa sesudah World War II hingga akhir 1970s. pemikiran neoclassical mendapat bantahan dari monetarism, dibentuk pada akhir 1940s dan awal 1950s oleh Milton Friedman yang dikaitkan dengan University of Chicago dan juga supply-side economics.
Pada akhir abad 20th terdapat pergeseran wilayah kajian dari yang semula berbasis price menjadi berbasis risk, keberadaan pelaku ekonomi yang tidak sempurna dan perlakuan terhadap ekonomi seperti biological science, lebih menyerupai norma evolutionary dibandingkan pertukaran yang abstract. Pemahaman akan risk menjadi signifikan dipandang sebagai variasi price over time yang ternyata lebih penting dibanding actual price. Hal ini berlaku pada financial economics dimana risk-return tradeoffs menjadi keputusan penting yang harus dibuat.
Masa postwar boom yang lama berakhir pada 1970s dengan adanya economic crises experienced mengikuti 1973 oil crisis. “stagflation” dari 1970s mendorong banyak economic commentators politicians untuk memunculkan neoliberal policy diilhami oleh laissez-faire capitalism dan classical liberalism dari abad 19th, terutama dalam pengaruh Friedrich Hayek dan Milton Friedman. Terutama, monetarism, sebuah theoretical alternative dari Keynesianism yang lebih compatible dengan laissez-faire, mendapat dukungan yang meningkat increasing dalam capitalist world, terutama dibawah kepemimpinan Ronald Reagan di U.S. dan Margaret Thatcher di UK pada 1980s.
Area perkembangan yang paling pesat kemudian adalah studi tentang informasi dan keputusan. Contoh pemikiran ini seperti yang dikemukakan oleh Joseph Stiglitz. Masalah-masalah ketidakseimbangan informasi dan kejahatan moral dibahas disini seperti karena memengaruhi modern economic dan menghasilkan dilema-dilema seperti executive stock options, insurance markets, dan Third-World debt relief.