Abad 21, dimana perekonomian dunia dibawah kendali neoliberalisme, korporasi-korporasi Internasional memegang peranan penting dalam perekonomian dunia kita. Walaupun di tahun 2009 sempat terjadi krisis yang mana banyak atau sedikit mempengaruhi stabilitas perekonomian dunia termasuk korporasi-korporasi tersebut, hal ini tidak mengurangi hegemoninya terhadap perekonomian dunia khususnya Negara dunia ketiga. Geliat neoliberalisme juga mempengaruhi aspek sosial masyarakat dunia, masyarakat yang saling berkompetisi dan cenderung individualis adalah gambaran masyarakat pada masa sekarang. Namun apakah itu merupakan tanda-tanda matinya sosialisme? Yang jelas, masih banyak orang yang berharap dan berusaha lahirnya sosialisme sebagai jalan alternatif neoliberalisme.
Michael Newman, penulis buku Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif atas Neoliberalisme percaya bahwa masih ada peluang lahirnya sosialisme pada masa sekarang ini yang tergambar di dalam buku tulisannya ini. Kapitalisme yang merajalela dan semakin superior jelas merupakan hambatan terbesar dalam mewujudkan sosialisme. Hal ini bukan berarti kapitalisme itu sendiri tanpa celah, dibutuhkan suatu analisis sosial yang sesuai dengan kondisi hari ini sehingga dapat menghasilkan gerak-gerak yang progress untuk mewujudkan sosialisme dan dapat menjadi antitesis untuk permasalahan hari ini. Namun Newman tidak melupakan tradisi-tradisi sosialis yang pernah ada, karena relevansi-relevansi idenya dan sumbangannya terhadap sosialisme hari ini atau depan kelak.
Di dalam bukunya, Newman meletakkan tradisi tradisi sosialis pada Bab I. Dimulai dari kaum sosialis utopi dengan kontribusinya menggambarkan secara jelas proyek-proyek masyarakat baru melalui usaha perwujudannya secara nyata. Tradisi sosial anarkhisme dengan perlawanannya yang gigih terhadap Negara, dan kepercayaannya bahwa sebuah gerakan revolusioner haruslah melukiskan masyarakat yang ingin diciptakannya. Tidak lupa Marxisme dengan kolaborasi Marx dan Engles telah menghasilkan teori yang signifikan dalam sejarah sosialisme. Peranannya dalam relasinya dengan evolusi tradisi-tradisi sosialis, tentang kritik Marxisme teradap kapitalisme dan penjelasannya terhadap mengapa sistem kapitalisme pada akhirnya akan digantikan sosialisme. Bentuk dari sosialisme modern muncul, yang bentuk dominannya ialah partai-partai politik. Sosialisme modern menghadirkan dua kubu besar yaitu sosialisme demokratik dan komunisme yang mengalami perpecahan pasca Revoluis Bolsyewik. Dalam perkembangannya sosial demokrasi dan komunisme mengalami perkembangan yang signifikan dalam capaian-capaiannya bagi penciptaan sosialisme di dunia.
Bab berikutnya, Newman menggambarkan capaian-capaian yang dialami sosialis demokrasi Swedia dan komunisme Kuba mewakili sistem yang dianutnya masing-masing. Sosial demokrasi Swedia dengan sistem multi partai berkeyakinan bahwa reformasi-reformasi ekonomi dan sosial merupakan tahapan menuju sosialisme. Usahanya untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dan mengurangi angka pengangguran tergolong berhasil, dengan sistem pengupahan tripartite dan sebuah kebijakan ekonomi counter- siklis untuk menstimulus permintaan dan menurunkan pengangguran. Kuba dengan tokohnya Fidel Castro berhasil membangun rezim komunisme di Kuba, sebuah Negara dengan partai tunggal. Rezim revolusioner Kuba merupakan rezim pertama yang secara tegas mengarahkan usahanya pada masyarakat miskin dan kaum awam ketimbang pada kepentingan-kepetingan ekonomi yang dominan. Walaupun pada akhirnya tekanan ekonomi Internasional membuat kedua Negara ini sulit berkembang dan mengalami kemunduran.
Diluar dominannya sosialis demokrasi dan komunisme, dari tahun 1960-an muncul gerakan kiri baru atau new left yang merupakan tantangan terhadap keduanya. Dalam menguraikan tantangan tersebut, Newman mengeksplor dua studi kasus, yaitu feminisme dan gerakan hijau. Kaum feminis sosialis dan anggota gerakan hijau sosialis, serta banyak gerakan sosial baru lainnya pada masa tersebut, menentang bentuk-bentuk organisasi maupun ideologis dari komunisme dan sosial demokrasi dan percaya bahwa pluralisme justru akan memperkaya teori maupun praktek dari sosialisme. Pluralisme ini jelas akan memperkaya sosialisme seperti layaknya yang terjadi pada abad ke-19 ketika banyak tradisi bisa hidup berdampingan.
Dari tradisi-tradisi sosialis hingga munculnya gerakan kiri baru, di dalam buku ini kita diajak belajar mencari relevansi-relevansi ide yang sudah ada dan berusaha memecahkan perpecahan-perpecahan yang pernah ada. Sosialisme untuk abad 21, sudah tidak sesuai jika dihadapkan kepada pilihan menerapkan sosialis demokrasi atau komunisme. Tetapi berusaha mengambil manfaat dari kedua tradisi tersebut serta tradisi-tradisi lainnya yang pernah berkembang.
Secara keseluruhan buku ini menarik untuk dibaca, walaupun bahasa-bahasa yang digunakan bukanlah bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam. Bagi orang yang tergabung dalam gerakan-gerakan sosial atau gerakan perlawanan buku ini sangat bagus untuk dibaca, walaupun tidak menutup kemunkinan bagi kalangan yang lain. Seperti kata penulisnya, bahwa sangat sulit menulis macam-macam bentuk sosialisme secara keseluruhan ke dalam satu buah buku, maka perlu bagi kita membaca buku-buku atau tulisan lainnya untuk membuka pemahaman kita yang lebih kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar