Beberapa hari yang lalu saya membaca buku dari Ian Bremmer yang berjudul “Akhir Pasar Bebas”. Yah, meskipun saya bukan seorangdari bidang keilmuan yang mempelajari tentang tata perekonomian secara umum, tetapi saya cukup memahami percaturan perekonomian yang kini tengah terjadi di dunia ini. Oleh karena itu, ada beberapa kritik yang menurut saya lupa untuk diperhatikan oleh Ian Bremmer.
Buku ini membahas mengenai kegagalan negara-negara penganut sistem kapitalisme yang mengandalkan pasar bebas ketika krisis ekonomi global pada tahun 2008 terjadi dan bagaimana negara-negara penganut sistem kapitalisme negara berhasil mengatasinya dan bangkit menjadi negara yang disegani dari negara yang tadinya hanya dianggap negara dari dunia ketiga.
Menurut Bremmer, krisis 2008 yang terjadi saat itu adalah bukti bahwa kegagalan pemerintah negara penganut kapitalisme pasar bebas dalam menerapkan sistem pasar bebas untuk menjalankan roda perekonomiannya. Melihat kondisi yang terjadi, masing-masing pemerintah menerapkan kebijakan protektif seperti membatasi pasar dengan produk buatan dalam negeri, mengurangi pajak sektor usaha, dan memberikan suntikan modal kepada perusahaan-perusahaan yang kesulitan selama periode krisis ekonomi global berlangsung.
Sementara itu, para penganut kapitalisme negara membuktikan bahwa sistem ekonomi mereka tidaklah seburuk yang analis perkirakan. China tetap mampu menumbuhkan perekonomiannya dengan rate di atas 7%, Rusia tidak mengalami inflasi yang drastis seperti yang terjadi di negara-negara penganut kapitalisme pasar bebas, dan India tetap mampu bertumbuh meskipun perekonomiannya banyak bergantung kepada negara-negara penganut kapitalisme pasar bebas.
Di akhir buku, Bremmer menyimpulkan bahwa sistem kapitalisme negara memang merupakan salah satu alternatif terbaru dalam menjalankan sistem perekonomian di suatu negara setelah kegagalan sistem perekonomian terpimpin yang gagal diterapkan oleh Uni Soviet, dan China. Bremmer juga menjelaskan bahwa sistem perekonomian ini akan muncul dan kemudian berlalu setelah melihat fenomena-fenomena yang terjadi di balik penerapan sistem perekonomian tersebut. Sistem perekonomian kapitalisme negara memang mampu menyejahterakan rakyat secara merata. Kesejahteraan rakyat akan mendorong kecenderungan masyarakat untuk melakukan tindakan perlawanan terhadap pemerintah sehingga pemerintah negara tersebut dapat menguasai tampuk pemerintahan dengan lebih leluasa dan jika perlu, mampu mempertahankan kekuasaannya.
Bremmer juga menyimpulkan bahwa sistem perekonomian ini tak akan bertahan lama. Bagaimanapun juga, kapitalisme pasar bebas telah mengalami berbagai guncangan yang terjadi diakibatkan ketidaksempurnaan regulasi yang diterapkan pada pasar bebas. Sejak krisis tulip yang berlangsung pada abad ke 17 hingga terakhir krisis ekonomi global pada tahun 2008, kapitalisme pasar bebas masih menjadi tawaran menggiurkan bagi suatu negara untuk menjadi maju dan menyerap banyak modal sehingga bisa meningkatkan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Bremmer memperkirakan suatu saat nanti kapitalisme negara akan mengalami kejatuhan dan negara tak akan mampu lagi menghadapi gempuran pasar bebas.
Menarik sekali menyaksikan apa yang disampaikan Bremmer pada buku tersebut. Selain menguak wawasan terhadap upaya yang dilakukan negara penganut kapitalisme negara untuk menjalankan roda perekonomian, buku tersebut juga memberikan analisis yang komprehensif terhadap masing-masing sistem perekonomian. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan Bremmer yang tidak saya setujui dalam tulisannya.
- Bremmer tidak memperhatikan bahwa kecenderungan negara bangsa masih berlaku di banyak negara penganut sistem kapitalisme negara.
Bremmer memperkirakan bahwa negara penganut kapitalisme negara akan cenderung menjadi tempat yang sulit bagi para ilmuwan dan inovator untuk bergerak menemukan ruang-ruang yang baru yang dapat menimbulkan teknologi dan lapangan kerja baru bagi banyak orang. Bremmer mungkin luput bahwa inovasi tidak hanya dipengaruhi oleh kebebasan dan keleluasaan, tetapi juga tekanan dan rasa kebanggaan. Penganut kapitalisme negara sangat menekankan pentingnya rasa cinta dan memiliki tanah air melebihi negara. Selain itu, mungkin Bremmer luput melihat fakta bahwa penemuan-penemuan penting di dunia ini banyak terjadi di dua periode paling menakutkan dalam peradaban dunia: perang dunia dan perang dingin. Mengapa bisa begitu? Karena negara dituntut untuk terus berinovasi agar tidak tertinggal dengan negara pesaingnya. Mungkin para penganut kapitalisme negara sulit untuk menyediakan kebebasan dan keleluasaan bagi penduduknya untuk berkarya dan berinovasi, tetapi rasa cinta tanah air para penduduk seringkali memotivasi untuk melakukan inovasi dan penemuan yang berguna bagi bangsanya. Selain itu, negara penganut kapitalisme pasar bebas seringkali memanfaatkan media untuk melakukan propaganda yang memperlihatkan bahwa negara mereka tertinggal dan diremehkan oleh bangsa lainnya. Tentu saja ini akan membakar motivasi masyarakat disana untuk melakukan sesuatu demi negaranya. - Bremmer terlalu meninggikan pentingnya upah dan kesejahteraan dalam upaya meningkatkan inovasi di suatu negara.
Seharusnya Bremmer dapat berkaca pada Jepang di masa lalu, terutama setelah mereka mengalami masa yang buruk pada perang dunia ke II. Negara tersebut mengalami tekanan yang berat dengan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah setelah fasilitas negara luluh lantah diterjang pasukan sekutu. Namun apa yang terjadi? Jepang bukannya terpuruk, malah sempat menjadi negara dengan PDB tertinggi di dunia! Sekarang, Jepang telah menjadi negara yang makmur dengan rasio utang yang terendah dibandingkan 5 negara dengan PDB tertinggi di dunia. Tetapi produktivitas negara ini menurun cukup signifikan. Meskipun Jepang masih menjadi pemimpin utama dalam perkembangan industri manufaktur, namun negara ini mulai kesulitan untuk berinovasi di industri elektronik. Perkembangan pesat dari teknologi komputasi tak mampu diikuti oleh Jepang. Bahkan kini mereka mulai kesulitan untuk mengimbangi China dan India dalam mengembangkan teknologi komputasi. Apa artinya? Upah yang tinggi dan kesejahteraan yang terjamin tidaklah menjamin suatu negara mampu meningkatkan produktivitasnya dalam berinovasi. - Bremmer lupa bahwa sifat manusia cenderung sporadis dan tidak bisa diprediksi.
Bremmer menyampaikan bahwa saat ini, pasar bebas memang perlu dimodifikasi untuk lebih memperketat regulasi dan menambah campur tangan pemerintah di dalamnya. Setelah pasar kembali stabil, maka penganut pasar bebas dapat kembali lagi ke arah pasar bebas yang ideal dan kembali menikmati pertumbuhan perekonomian yang signifikan. Bremmer lupa bahwa sampai kapanpun pasar adalah pasar, dan “tangan yang tak terlihat” itu tak pernah menuntut pasar ke arah sempurna. Mengapa begitu? Karena pelaku pasar itu sendiri yang menginginkan pasar menjadi tidak sempurna. Adanya keserakahan, tindakan-tindakan yang hanya mengutamakan keuntungan jangka pendek malah mengakibatkan kerugian besar di kemudian hari, dan ketidaksempurnaan sifat pelaku pasar itu sendiri. Pasar tetap membutuhkan regulasi dan regulasi membutuhkan peran penting dari pemerintah untuk menjadi wasit yang adil. Sebagai contoh, apakah anda dapat membayangkan pertandingan sepakbola tanpa dipimpin oleh wasit? Kacau.
Pasar memang tidak sempurna dan tidak akan pernah sempurna. Manusiapun bukanlah robot ataupun sebuah program yang dapat diatur behaviornya sehingga apapun tindakan tetap dapat menghasilkan performa dan keinginan manusia. Tapi saya pun tak dapat menolak pemahaman Bremmer bahwa kapitalisme negara yang terjadi kini cenderung akan mengakibatkan isolasi terhadap perekonomian global dan cenderung memungkinkan terjadinya kenaikan harga secara signifikan. Intinya, baik kapitalisme negara maupun kapitalisme pasar bebas memang bukanlah sistem perekonomian yang sempurna. Selalu terhadap banyak lubang dan cacat yang seharusnya tidak layak diaplikasikan mentah-mentah.
Disinilah peranan penting petinggi negara untuk menentukan kemana arah perekonomian yang akan dituju. Kombinasi yang ideal antara kapitalisme negara dan kapitalisme pasar bebas merupakan pendekatan perekonomian yang paling ideal untuk membangun suatu negara. Hanya saja, untuk membangun sistem tersebut, harus terdapat orang-orang yang mampu menganalisis perekonomian secara detail dan mendalam, mampu mengambil keputusan dan peluang secara cepat, tepat, dan berdampak positif, serta berani menghadapi tekanan intervensi dari pihak luar yang membawa kepentingannya masing-masing.
Dan yang pasti, buku ini merupakan referensi yang tepat bagi kita yang ingin memahami lebih dalam mengenai fenomena perekonomian yang terjadi kini. Selamat membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar