Jakarta : Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta ; Freedom Institute ; Yayasan Obor Indonesia, Agustus 2006
Pembangunan ekonomi sesungguhnya adalah proses menuju kebebasan. Ini adalah proses yang ditandai, antara lain, oleh globalisasi. Globalisasi membantu proses interaksi agen-agen ekonomi global menjadi lebih efisien. Dan karena itu, lebih cepat pula mereka mencapai kebebasan: kemampuan berinteraksi secara sukarela dengan keuntungan di kedua belah pihak. Bagi penulis buku ini, globalisasi adalah suatu kekuatan yang bukan hanya mampu memperbaiki nasib orang miskin tapi juga memajukan kebebasan.
Globalisasi bergerak dengan kecepatan berbeda di berbagai wilayah dan masyarakat di planet ini. Maka, Homogenisasi tak terjadi. Dan kita bisa dengan mudah melihat bukti di sekeliling kita. Bagaimana mungkin dunia bisa rata, seperti dikatakan Thomas Friedman? Kita renungkan lagi bahwa perdagangan selalu meningkatkan kesejahteraan total, selama transaksi tanpa paksaan (bagi penulis buku ini, “perdagangan tidak adil” adalah oksimoron). Berdagang adalah bertukar dan untuk bertukar, maka perlu ada perbedaan.
Globalisasi bukanlah tujuan. Ia adalah proses. Ia bukan akhir dari merajanya produk-produk Cina di toko-toko New York City atau London, ia adalah proses Cina membangun ekonominya. Dan itu ditandai oleh semakin mendekatnya Negara tersebut dengan Amerika Serikat dalam lintasan pacu. Jika globalisasi adalah tujuan, maka dunia akan rata. Tapi, mana mungkin? Buku ini menekankan bahwa globalisasi adalah proses yang terus-menerus. Namun, masa depan yang “sempurna” adalah sesuatu yang final. Ketika proses mencari ekuilibrium telah selesai. Ketika dunia telah “rata”. Tapi, mungkinkah itu? Selagi kita masih saling membutuhkan, dan saling berbeda, jawabnya adalah: semoga tidak.
Arianto A. Patunru John Micklethwait adalah editor The Economist, menyunting rubric bisnis majalah itu. Ia adalah pemenang The Wincott Award, penghargaan terkemuka di Inggris untuk jurnalisme finansial. Micklethwait sering muncul dalam wawancara dengan CNN, ABC maupun BBC. Ia juga menulis The New York Times, The Los Angeles Times, The Wall Street Journal, The Guardian, The Spectator dan the New Statesman.
Adrian Woolridge adalah koresponden The Economist di Washington sejak November 1999. Ia terutama banyak menulis laporan terkait dengan politik dan kebijakan sosial. Ia bergabung di The Economist sejak 1988. Sekarang ia tinggal di Washington, DC. Ia juga menulis buku Measuring the Mind: Education and Psychology in England 1860-1990 (Cambridge University Press, 1994).
Bersama Mickelthwait, ia menulis buku The Witch Doctors, yang memenangi Financial Times/Booz Allen Global Business Book Award pada 1997 dan A Future Perfect: The Challenge and Hidden Promise of Globalisation. Buku terakhir mereka adalah The Company: a short History of a Revolutionary Idea, yang disebut sebagai salah satu buku terbaik pada 2003 oleh Business Week.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar