Jumat, 29 April 2011

Kapitalisme, “The Satanic Ideology”

cover-buku-kapitalisme.jpgJudul Buku : Kapitalisme, “The Satanic Ideology”
Penulis : Umar Abdullah
Editor : Lathifah Musa
Penerbit : el-Moesa Press, 2007
Tebal : 79 halaman


Kapitalisme yang saat ini menjadi sistem kehidupan yang diterapkan di banyak negara di dunia ini, sejatinya memiliki sejarah panjang nan gelap. Sistem kehidupan yang berakidah sekularisme ini telah menorehkan catatan berdarah dalam upaya penerapannya di banyak negara. Seperti disampaikan penulisnya pada bagian buku ini dengan mengungkapkan proses berdirinya negara Amerika dan Perancis. Di kedua negara tersebut, terjadi revolusi berdarah untuk mewujudkan sekularisme-liberalisme yang merupakan akidah dari Kapitalisme.
Di Amerika pada tahun 1775 meletuslah Perang Revolusi. Perang Revolusi ini berawal dari pertempuran Lexington dan Concord. Dan setahun kemudian (1776) Amerika mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris. Slogan-slogan Hak -hak Asasi Manusia diangkat dalam Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika yang ditulis oleh Thomas Jefferson. Thomas Jefferson dianggap juru bicara kebebasan manusia. (hlm., 45)
Di Perancis, pada tahun 1789 pecah Revolusi Perancis yang mengusung jargon “Liberty, Egality, Fraternity”. Sistem Feodal dihapus dan diproklamasikan Hak-hak Asasi Manusia. Raja Louis XVI dan istrinya Marie Antoinette dieksekusi bersama ribuan penduduk Perancis lainnya. Sebuah revolusi ideologis yang sangat berdarah. (hlm., 46)
Berbeda dengan Islam, Revolusi Islam tanpa kekerasan dan darah. Rasulullah saw. ketika hendak menyampaikan Islam dan ingin menjadikan Islam sebagai ideologi negara, menjadikan jalan merangkul ahlul quwwah (pemilik kekuasaan) dari kabilah-kabilah dari Madinah yang melakukan haji ke Mekkah. Mereka diberikan pemahaman tentang ajaran Islam dengan cara yang sangat baik. Setelah Baiat Aqabah pertama (12 orang penduduk Madinah yang memeluk Islam berjanji dengan Muhammad saw. untuk tidak menyekutukan Allah Swt., tidak berzina, dan bentuk maksiat lainnya), Rasulullah saw. kemudian mengutus Mush’ab bin Umair untuk menyampaikan Islam ke penduduk Yastrib (Madinah).
Alhamdulillah, dakwah Mush’ab mendapat sambutan dari banyak penduduk Madinah (terutama kalangan tokohnya) hingga kemudian pada musim haji tahun berikutnya 75 rombongan dari Madinah (73 laki-laki dan 2 orang wanita), melakukan Baiat Aqabah II dengan Nabi Muhammad saw. Pada Baiat Aqabah kedua ini, Rasulullah saw. Bukan hanya membicarakan dakwah, tapi sekaligus menyusun strategi agar Islam bisa diterapkan sebagai pondasi sebuah negara. Atas pertolongan Allah, seluruh pemuka masyarakat dari Madinah ini menyetujui. Singkat kata, negara Islam berdiri di Madinah tak lama setelah Rasulullah saw. berhijrah ke sana. Subhanallah, inilah revolusi Islam yang tak perlu mengucurkan darah. Bahkan ketika futuh (penaklukan) Mekah pun, sama sekali tak ada darah yang menetes. Islam datang dengan damai. Jika pun terjadi pertempuran, itu lebih karena pihak musuh terlebih dahulu menantang Islam ketika Islam sudah menjadi dasar negara di Madinah. Tentu saja tantangan perang dari musuh-musuh Islam itu harus dilayani dengan mengangkat senjata pula sebagai pilihan logis supaya kedaulatan Islam tetap berdiri tegak.
Buku ini cukup bagus mengupas fakta dengan lengkap dan detil. Hanya saja, dari sisi bahasa, buku ini terasa “lurus” karena didominasi data-data yang sepertinya begitu saja dicantumkan tanpa dikemas ulang dengan gaya bahasa penulisnya. Sehingga membaca buku ini seperti sedang membaca kumpulan fakta yang disatukan dalam satu buku. Meski saling bertautan tapi rasa bahasanya kurang ‘hidup’. Namun demikian, hal ini tidak mengurangi bobot dari buku ini karena data yang dicantumkan sangat bagus dan diperlukan bagi para pejuang Islam yang berupaya menyerang Kapitalisme-Sekularisme ini. Bekal untuk dakwah dan mengemasnya kembali untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat secara umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar